Masyarakat sudah tidak asing lagi dengan namanya Vape atau rokok elektronik. cukup banyak perokok yang beralih dari rokok konvensional ke rokok elektrik itu, dengan dalih lebih sehat ketimbang merokok terlebih vape tidak meninggalkan kotoran atau putung rokoh yang sering mengotori meja. Meskipun dianggap sebagai opsi yang lebih bersih tanpa meninggalkan sisa kotoran, vaping ternyata tidak lebih aman dan dapat memberikan dampak negatif yang serius pada kesehatan kulit.
Dr. Mervyn Patterson, seorang dokter kosmetik di Woodford Medical, Inggris, mengingatkan bahwa gas vape mengandung berbagai bahan kimia berbahaya seperti formaldehida, nikotin, propilen glikol, toluena, asetaldehida, serta logam seperti kadmium, nikel, dan timbal. Bahan-bahan ini dapat merusak kesehatan kulit dan meningkatkan risiko penuaan dini.
Radikal bebas yang terkandung dalam asap vape dapat menyebabkan penuaan kulit dan perubahan warna. Paparan terus-menerus terhadap zat beracun dapat mengakibatkan gangguan fungsi jaringan kulit, membuatnya lebih sensitif dan rentan terhadap infeksi.
Efek buruk vaping pada kulit tidak hanya terbatas pada kekeringan dan bersisik. Kulit gatal, ruam, dan bahkan kondisi serius seperti jerawat, rosacea, dan psoriasis dapat memburuk akibat iritasi yang disebabkan oleh bahan kimia rokok elektronik.
Nikotin dalam vape dapat menyempitkan pembuluh darah kecil, mengurangi suplai oksigen dan nutrisi ke sel-sel kulit. Akibatnya, kulit dapat menjadi kendur, berkerut lebih cepat, dan warnanya menjadi tidak merata.
Para ahli menekankan bahwa untuk menjaga kesehatan kulit, penting untuk menghindari penggunaan vape dan merokok. Gaya hidup sehat, termasuk pola makan yang baik dan olahraga, tetap menjadi kunci untuk mendapatkan kulit yang terawat dan melawan dampak buruk dari kebiasaan merokok elektronik.”