Ditengah maraknya seni pertunjukan di era digital, seorang seniman visual anonim dengan nama Godmatter menghadirkan pengalaman unik melalui puppet show eksklusifnya di Orasis Art Galery Surabaya yang berjudul “Gatot the Good Guy” dan “Ganjar the Bad Guy”.
Meskipun identitas Godmatter tetap dirahasiakan, karya-karya ini berhasil menarik perhatian masyarakat Surabaya. Godmatter, seorang seniman visual yang memiliki berbagai medium berkarya seperti lukisan, sculpture mainan seni (art toys), cetakan seni (art print), komik.
Sedangkan untuk karya performatifnya ialah puppet show dan live wheatpaste, membawa keberagaman dalam karyanya. Saya tidak terpaku pada satu medium saja. Saya ingin mencoba berbagai cara untuk menyampaikan ide dan kreativitas, ujar Godmatter. Puppet show “Gatot the Good Guy” dan “Ganjar the Bad Guy” adalah bagian dari rangkaian karya seni yang mencoba meredefinisi konsep baik dan jahat dalam konteks sosial budaya Surabaya.
Dengan dua karakter utama, Gatot berambut hijau sebagai pahlawan baik, dan Ganjar sebagai antagonis, Godmatter berusaha menyajikan cerita yang mencerminkan kehidupan sehari-hari di kota tempat puppet show ditampilkan.
Mengulik tentang puppet show oleh Godmatter sendiri adalah sebuah karya fiksi menceritakan kisah dua badut bernama Gatot the Good Guy dan Ganjar the Bad Guy di negeri imajinasi yang ia ciptakan sendiri bernama Getonia dengan ibu kota Karaat. Membawa realitas sosial dan budaya ke dalam kehidupan sehari-hari Karaat, Godmatter ingin menampilkan kritik dengan menarik yang tidak terlepas dari hiburan bagi anak-anak dan meyampaikan pesan mendalam untuk orang dewasa.
Godmatter mengatakan kedua karakter ini terinspirasi dari nama-nama lokal seperti Gatot dan Ganjar. Saya ingin menciptakan sesuatu yang lokal dan dapat meresap ke dalam budaya kita. Nama Ganjar sendiri diambil dari seorang kurator seni bernama Ganjar Gumilar, menunjukkan pengaruh dan inspirasi dari lingkungan seni di sekitarnya. Cerita dalam puppet show ini menggabungkan elemen-elemen dari komik Eropa, komik Amerika seperti The Adventures of Tintin, Smurf, dan Asterix Obelix sebagai ide refrensi.
Godmatter menjelaskan bahwa pengaruh dari komik-komik tersebut memberikan inspirasi untuk menciptakan petualangan yang menarik dan relevan baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Puppet show ini menjadi medium yang tepat untuk menyampaikan cerita. Saya suka komik, dan ide untuk menghadirkan komik dalam bentuk pertunjukan boneka lebih dekat dengan puppet show dibandingkan dari penampilan seni teater, yang terkesan terlalu berat dari segi genre penampilan.
Sementara puppet show tetap dapat memberikan hiburan tanpa harus terlalu serius, ungkap Godmatter. Puppet show ini telah hadir di berbagai kota sebelumnya seperti Jakarta, Bandung, dan Bogor, sebelum akhirnya memasuki Surabaya sebagai pertama kalinya.
Menariknya, Godmatter menyebutkan bahwa Surabaya memiliki tingkat kesadaran dan keterlibatan yang tinggi terhadap acara seni seperti ini. Tanpa bermaksud merendahkan kota lain, tapi Surabaya memang memiliki kesadaran dan keterlibatan yang luar biasa terhadap acara seni. Ini mungkin karena Surabaya sangat aware dengan kehidupan seni dan budaya, ungkapnya.
Dalam proses pembuatan skrip, Godmatter melakukan riset dan profiling terhadap komunitas seni di Surabaya. Skrip diarahkan untuk menciptakan cerita yang bisa meresap ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Surabaya, dengan memasukkan elemen-elemen seperti panas, kemacetan, dan kilometer turun yang menjadi karakteristik kota ini. Puppet show eksklusif ini tampil selama tujuh hingga delapan menit tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga memiliki pesan yang ingin disampaikan.
Gatot the Good Guy menceritakan salah satu kehidupan sehari-hari di Surabaya, atau bisa dikatakan sebagai cerminan kehidupan sehari-hari di kota Surabaya, jelas Godmatter. Puppet show ini tidak hanya bersifat menghibur, tetapi juga memberikan pengalaman yang mendalam dan berkesan bagi penonton yang mencari sesuatu yang berbeda dalam dunia seni pertunjukan.