Serial “Gadis Kretek” tampaknya telah menyihir khalayak banyak untuk kembali merasakan kehidupan tempo tahun 1960-an. Dalam serial tersebut menceritakan seorang tokoh utama bernama Jeng Yah atau Dasiyah memperjuangkan mimpinya, diikuti keadaan-keadaan sulit membelenggu Jeng Yah sampai menyisahkan cerita pilu membuat penontonnya bisa berdair air mata.
Dalam pembuatan series fenomenal itu memiliki cerita dibaliknya yang tidak banyak diketahui orang-orang. Dimana cerita dan fakta dibaliknya menambah kesan mendalm saat menonton series yang sudah rilis sejak November lalu itu. Berikut ini beberapa fakta menarik di balik serial “Gadis Kretek”
1. 16 Tahun Perjalanan Sampai Menjadi Series
Sebelum menjadi series lima episode, “Gadis Kretek” ini adalah bermula dari sebuah buku novel dengan judul yang sama oleh seorang penulis latar belakang seorang anak sastra, Ratih Kumala. Starting dari awal penulisan novel sampai titik dimana serial ini dinikmati penggemarnya membutuhkan 16 tahun.
Ratih Kumala menjelaskan bahwa lama menulis novelnya sendiri membutuhkan waktu empat tahun, termasuk dengan risetnya. Terhitung melakukan riset sebanyak dua kali, yang mana kali keduanya saat novel itu diminta dijadikan series; melakukan riset mendatangi tiga tempat seperti Temanggung, Magelang, dan Kudus. Hingga saat ini terhitung sudah ada 16,8 juta penonton yang menyaksikan serial “Gadis Kretek”.
2. Cerita Fiksi yang Terinspirasi dari Kisah Nyata
Ratih Kumala memang bukan seorang pengusaha kretek, namun pendahulunya memang memiliki bisnis di bidang tembakau. Karena yang tersisa adalah kenangan dan cerita yang diceritakan oleh orang tuanya, hal itu membuat Ratih ingin mengeluarkan imajinasinya dengan setting yang sudah tergambar di benakmya saat diceritakan itu.
Ratih Kumala mengungkapkan terinspirasi dari kisah sendiri dari kretek rumahan, yang tersisa adaah cerita-cerita. Di rumah ini ada banyak pelintingan kretek, aroma tembakau yang masih lekat ada di ujung-ujung dinding. Modal dari cerita orang tua dan peninggalan itu menjadikan Ratih Kumala bisa mengembangkan cerita fiksi tersebut.
3. Hobi Mengoleksi Etiket Kretek
Berkat dari mengoleksi bungkus kretek sejak tahun
2009, hal itu membantu Ratih untuk riset etiket di tempo dulu hingga perkembangan etiket dengan berbagai desain kretek di masa kini. Total ada 150 bungkus dari berbagai bungkus kretek berbeda dan didapatkan dari lokal kebanyakan kebanyakan dari pulau jawa. Yang paling spesial bagi Ratih adalah Retjo Pentung dari Telungagung adalah karena didapatkan cukup sulit dimana usahanya telah pailit sejak tahun 2003 lalu.
Etiket dalam sebuah bungkus kretek bukan hanya sekedar gambar belaka, melainkan mengangkat kisah di baliknya. Misalkan ada arit merah berhubungan cerita bersejarah di kota asal dinuatnya kretek tersbeutu, ada bukit kelapa yang menunjukkan masa perkembangan, layer-layer itu merepresentasikan perkembagan masa.
4. Karya Lokal Go Internasional
Sudah diketahui serial Netflix Gadis Kretek diputar secara perdana di Busan International Film Festival (BIFF) 2023, pada Kamis, 5 Oktober 2023. Lokasinya di Busan Cinema Center, Busan, Korea Selatan. Selain itu kebanggaan di skala internasional lainnya adalah serial ini menjadi top ten favorit di Malaysia hingga bukunya diterjemahkan dengan Bahasa Inggris dengan judulnya menjadi “Cigarette Girl”, negara itu diantaranya seperti Jerman, Mesir, Korea, Iran, dengan illustrasi perempuan dibuat ikonik dengan identitas ada permepuan berkebaya dan menghisap rokok.
Serial “Gadis Kretek” bukan hanya sebuah kisah dramatis dari tahun 1960-an, tetapi juga melibatkan perjalanan panjang dalam proses kreatifnya. Dengan 16 tahun perjalanan dari novel hingga menjadi serial, inspirasi dari kisah nyata keluarga pengarang, hobi mengoleksi etiket kretek, dan kesuksesan internasionalnya, serial ini mampu memukau penonton dengan mendalam, memperkaya pengalaman tontonan dengan lapisan fakta menarik di balik layar.