Wastra atau kain tradisional Indonesia begitu sarat akan makna. Dalam penciptaan dan pengerjaan motifnya bernilai filosofis yang berbeda-beda.
Wastra dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, Pertama adalah batik yang diartikan sebagai proses membatik itu sendiri. Batik memiliki beragam motif yang bermakna berbeda.
Jenis wastra kedua adalah tenun, termasuk songket dan ulos, yang diproduksi dengan teknik pengerjaan yang sama. Sama halnya dengan batik, tenun juga memiliki kekayaan ragam dan cerita filosofis tergantung dari asal daerah wastra itu.
Terakhir adalah ikat celup, termasuk pembuatan kain dengan teknik ikat. Salah satu teknik ikat yang terkenal saat ini adalah jumputan atau dikenal sebagai kain pelangi.
Mengoleksi wastra untuk dikenakan sehari-hari maupun menjadi pakaian resmi adalah satu bentuk melestarikan budaya dan peradaban. Namun, wastra yang dibeli dengan harga cukup tinggi ini perlu dirawat agar bisa awet dan masa pakainya panjang.
Industri fesyen dan tekstil tergolong rentan merusak lingkungan ketika memproduksi kain. Dorongan menerapkan eco-fashion yang sudah lama mengemuka, dalam praktiknya belumlah semua produsen melakukannya.
Padahal, Indonesia sebagai negeri yang kaya sumber daya memiliki begitu banyak bahan baku alam sebagai pengganti pewarnaan teksil kimia yang tak ramah lingkungan. Salah satunya Kain Gambo, jenis wastra yang dikerjakan dengan teknik ikat celup.
Wastra ini bisa sebagai cerminan baru bahwa produk fesyen dapat tetap terlihat modis tanpa merusak lingkungan. Kain Gambo yang berasal dari Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, dibuat oleh masyarakat desa setempat lantaran melimpahnya tanaman gambir.
Gambir yang adalah tanaman perdu merambat, tumbuh di sekitar pohon karet yang dulu menjadi komoditi utama wilayah ini. Seiring waktu hasil dari olahan pohon karet menurun nilainya, masyarakat pun beralih memanfaatkan getah tanaman gambir untuk bahan baku pewarna alami Kain Gambo.
Pengerjaan Kain Gambo memakai teknik ikat jumputan yang dilakukan bersama-sama dan memiliki filosofi gotong royong bagi warga Musi Banyuasin. Hasilnya, motif yang ada pada Kain Gambo juga seperti jumputan. Material kain yang dipakai untuk membuat Kain Gambo adalah katun, sutera dan viscose.