Bumi sebagai rumah bagi makhluk hidup, identik dengan warna biru yang melambangkan keindahan lautan yang luas dan alam yang memukau. Keidentikan itu tertuang di mode fesyen “Bumi Biru” milik Veni Rosita tampil biru indah mempesona di panggung Surabaya Fashion Parade (SFP) 2023 di Tunjungan Plaza Mall pada 7 September.
Veni Rosita, seorang desainer dari Bumi Biru, menceritakan inspirasinya di balik koleksi busana yang dipamerkan, ide yang selaras dengan visi dan misi Bumi Biru untuk melestarikan alam. Bumi Biru mengemban misi yang mengandung makna “Kembalikan Lautku Biru”. Ini merupakan seruan untuk membebaskan laut dari segala bentuk pencemaran dan sampah, termasuk plastik, polyester, limbah tekstil, hingga pencemaran air.
Saat bersamaan, Rosita melihat trend fesyen begitu cepat. Dengan penuh kesadaran terhadap dampak negatif fast fashion, di mana industri mode berkembang dengan cepat seiring dinamisnya gaya hidup manusia, maka melalui mode fesyen besutannya harus untuk kebaikan alam yaitu dengan semua bahan dan proses pembuatannya menghindari bahan tekstil dan mesin-mesin berskala besar, yang berpotensi menghasilan emisi gas.
Terhadap keberlanjutan dalam dunia fesyen, Bumi Biru memastikan bahan baku yang digunakan tidak mengandung polyester. Sebagai gantinya, memilih menggunakan bahan-bahan alami seperti kapas, sutra, dan serat tumbuhan. Hal ini memungkinkan untuk proses pewarnaan alami, di mana warna biru indigo dari daun, kulit pohon mahoni, dan alpukat mendominasi palet pewarnaan.
Setiap desain yang dihasilkan oleh Bumi Biru adalah ciptaan tangan yang teliti atau seluruhnya hasil dari buah tangan. Adapun teknik shibori menjadi metode utama pembuatan tatanan busana Bumi Biru. Teknik shibori mengadopsi dari teknik seni hiasan kuno Jepang yang dapat diperoleh dengan cara mengikat, melipat, melintir dan menekan kain.

Dalam teknik shibori yang digunakan, terdapat variasi teknik seperti Nui Shibori, di mana kain diikat sebelum dicelupkan. Arashi Shibori, dimana kain dililitkan di sekitar silinder, dikencangkan dengan benang, kemudian ditekan untuk menciptakan tekstur kerutan yang unik. Sehingga motif yang dihasilkan menampilkan garis-garis seperti saluran air, gelombang. desain yang terlihat seperti aliran sungai.
Proses pembuatan ini memiliki karakteristik unik di mana setiap tahap hanya dapat dilakukan sekali, tidak dapat diulang. Apabila dalam sekali pembuatannya tidak menghasilkan motif yang diinginkan, kain tersebut masih dapat dimainkan lagi motifnya dengan teknik shibori lainnya. Sehingga kain tersebut tidak terbuang sia-sia, namun dikembangkan menjadi motif berbeda trendi.
Pada panggung Sustainable Fashion Parade malam ini, Bumi Biru mempersembahkan sepuluh koleksi yang didominasi oleh warna biru nyala yang menggoda mata. Motif-motif seperti Arashi, Nui, garis-garis, lingkaran, dan aliran sungai memenuhi panggung dengan keindahan dan pesan mendalam. Dari motif-motif tersebut menghasilkan visual yang hidup, trendi, dan warna biru kekinian.
Proses teknik shibori membutuhkan waktu satu setengah bulan untuk diselesaikan. Setelah itu, dalam dua minggu berikutnya adalah fixing desain hingga mengubahnya menjadi mode fashion terbaru yang siap mempesona para penggemar busana.
Bumi Biru sudah unjuk karya di panggung SFP untuk kedua kalinya di tahun 2023, dengan di tahun sebelumnya Rosita bergabung dengan mode fesyen Kusuma. Harapannya, visi dan misi yang terkandung dalam setiap karya akan menginspirasi masyarakat pecinta fashion untuk bersama-sama berkontribusi dalam upaya melestarikan bumi.