Perusahaan teknologi di bidang aftermarket otomotif yang berbasis di Indonesia telah mengumumkan pencapaian pertumbuhan tahunan positif yang mendekati profitabilitas. Otoklix juga mengungkapkan rencana mereka untuk memegang peran sentral dalam perbaikan infrastruktur kendaraan listrik di Indonesia.
Di Indonesia layanan perbaikan kendaraan telah lama menjadi proses yang rumit. Dealer resmi menghadapi biaya yang tinggi dan waktu tunggu yang panjang. Di sisi lain, sektor bengkel independen yang menguasai 80% pasar, mengalami masalah seperti risiko penipuan, kurangnya standarisasi, dan pelayanan purna jual yang tidak memuaskan. Bahkan, banyak dari bengkel independen ini masih menggunakan metode manual dengan pena dan kertas untuk mengelola transaksi yang menghambat perkembangan dan profitabilitas mereka.
Pertumbuhan finansial startup ini sama mengesankan dengan kemajuan teknologi mereka. Otoklix telah mengungkapkan bahwa mereka akan mencapai keuntungan dalam waktu satu tahun. Dasar keuangan mereka adalah bukti dari model bisnis perusahaan yang efektif, dan tingginya permintaan atas layanan mereka di pasar.
Dengan dukungan awal dari AC Ventures sebagai investor utama, Otoklix telah mengambil langkah tegas untuk mengatasi masalah ini. Bagi pemilik kendaraan, platform ini menawarkan proses pemeliharaan kendaraan yang lebih mudah, lebih terstandarisasi, dan transparan. Pengguna dapat menemukan dan mengakses layanan di bengkel independen yang direkomendasikan di sekitarnya dan menerima jaminan untuk transaksi di lokasi yang bekerja sama dengan Otoklix. Bagi bengkel, Otoklix menyediakan perangkat lunak manajemen hubungan pelanggan dan manajemen rantai pasokan yang kuat, dirancang untuk signifikan meningkatkan pendapatan, margin, dan efisiensi operasional.
Martin Reyhan Suryohusudo selaku CEO Otoklix menjelaskan bahwa dalam waktu dua tahun, Otoklix telah mencapai pertumbuhan pendapatan dua kali lipat dari tahun ke tahun, dan data tidak berbohong—ada potensi besar yang belum tergali di sektor aftermarket otomotif Indonesia. Ketika sektor ini menghadapi tantangan seperti kurangnya standarisasi dan ketidakefisienan, kami melihat ini bukan sebagai hambatan, tetapi sebagai peluang. Peluang untuk memberikan solusi digital yang transformatif yang tidak hanya membuat pemeliharaan kendaraan menjadi pengalaman yang mulus bagi pemiliknya, tetapi juga mendorong keunggulan operasional bagi bengkel independen.”
Terkait inisiatif masa depan, Otoklix memiliki rencana yang ambisius. Salah satu rencananya adalah membuka bengkel sendiri untuk meningkatkan margin. Selain itu, perusahaan ini sedang menjajaki solusi bisnis-ke-bisnis (B2B), sudah bekerja sama erat dengan klien korporat seperti Telkom Group. Di sisi teknologi, mereka sedang mengembangkan kecerdasan buatan (AI) yang eksklusif, dengan tujuan mengotomatisasi proses data dan diagnostik untuk meningkatkan efisiensi di bengkel. Otoklix juga bersiap untuk menjadi pelopor di sektor aftermarket kendaraan listrik di Indonesia dengan berfokus pada persiapan dan pendidikan tim bengkel untuk melayani sepeda motor listrik.
Startup ini juga telah memasuki kemitraan strategis dengan perusahaan minyak dan gas milik negara, Pertamina, untuk memulihkan kembali jaringan layanan Bright Olimart di stasiun bensin Pertamina. Kemitraan ini diharapkan akan memperluas jangkauan Otoklix sambil menambahkan lapisan kenyamanan dan kepastian tambahan bagi pemilik kendaraan di seluruh negeri.
Otoklix bukan hanya sukses dalam bisnisnya, tetapi juga merupakan contoh nyata tentang bagaimana transformasi digital dapat memberikan semangat baru pada sektor-sektor tradisional.
Dengan ini menunjukkan bahwa pasar Indonesia telah siap untuk menerima inovasi teknologi yang mengatasi permasalahan konsumen secara nyata, sambil memberikan sektor-sektor tradisional alat yang diperlukan untuk bersaing dalam zaman modern. Pertumbuhan yang luar biasa dari startup ini merupakan bukti yang meyakinkan akan kesesuaian produk dengan kebutuhan pasar.