Industri sinema di Indonesia masih berusaha bangkit dari pandemi dan mencoba kembali berjaya sembari beradaptasi dengan pandemi yang mulai mereda.
Seiring dengan kondisi tersebut, berbagai sineas kembali mencoba bangkit untuk menyajikan kembali berbagai genre film yang bisa dinikmati oleh penonton dalam berbagai ragam format, baik melalui bioskop maupun platform streaming
Menamai hal tersebut Visinema hari ini berbagi strategi untuk dorong perfilman Indonesia jadi kelas dunia, bisa bersaing dengan Korea dan Hollywood sekalipun. Strategi tersebut termasuk peningkatan kualitas film, dan juga ekspansi di luar produksi film seperti distribusi dan pengembangan Intellectual Property (IP).
Hal ini diungkapkan menyusul pengumuman resmi dari film Busan International Film Festival (BIFF) 2023, dimana dua produksi film panjang Visinema akan diputar perdana di BIFF 2023; yaitu “24 Jam Bersama Gaspar”, produksi bersama KawanKawan Media dan “Ali Topan”, produksi bersama Kebon Studio. Visinema adalah satu-satunya production house Indonesia dimana dua produksi filmnya diputar di BIFF 2023. Selain itu, film Ziarah yang sedang diputar di Bioskop Online yang juga diputar dalam program khusus di BIFF.
Angga Sasongko selaku Founder dan CEO Visinema menjelaskan bahwa dengan potensi industri film Indonesia bisa sebesar Korea atau Hollywood sekalipun karena kita memiliki cerita yang relevan tidak hanya untuk penonton Indonesia tapi juga global.
Hal ini tercermin dari dukungan berbagai festival film internasional seperti Busan, serta respon penonton internasional di berbagai streaming platform terhadap film Indonesia. Namun untuk merealisasikan potensi industri, tidak bisa hanya mengandalkan produksi film berkualitas saja.Maka karena itu Visinema juga tengah berekspansi di luar produksi film,dengan mengembangkan distribusi konten melalui Bioskop Online, hingga pengembangan Intellectual Property (IP). Saat ini potensi nilai IP Visinema mencapai sekitar setengah triliun rupiah.”
Visinema akan menjadi satu-satunya production house Indonesia dimana dua produksi filmnya akan diputar di Busan International Film Festival. Film tersebut adalah “Ali Topan” yang akan tayang perdana dan juga “24 Jam Bersama Gaspar”, yang selain pemutaran perdana juga akan menjadi satu-satunya perwakilan film panjang Indonesia yang berkompetisi untuk mendapat penghargaan Kim Ji Seok Award di Busan. Anak perusahaan Visinema.
Dalam acara yang sama Reza Rahadian selaku Ketua Komite Festival Film Indonesia menjelaskan optimisme yang sama terhadap potensi industri film Indonesia,Saat ini sudah 147 film Indonesia yang siap tayang di tahun ini, menandakan resiliensi Indonesia yang sempat ditantang saat pandemi,dan sekarang sudah bangkit dan berkarya lebih dari sebelumnya.
Resiliensi ini ditambah potensi pasar yang besar dan perkembangan pesat talenta filmmaker Indonesia membuat saya jadi makin yakin bahwa Indonesia tidak hanya bisa jadi pasar bagi film internasional, tapi jadi pemain besar di industri global. Harapannya setelah dapat pengakuan dari festival film sebesar Busan, ke depannya perfilman Indonesia, termasuk filmmakersnya akan makin jadi perhatian industri film global.