Polusi udara merupakan permasalahan umum yang terjadi pada berbagai negara di hampir seluruh dunia. Polusi udara terjadi ketika udara yang dihirup bercampur dengan zat beracun yang berasal dari asap kendaraan, limbah pabrik, debu, serbuk sari, hingga asap kebakaran hutan.
Dampak dari menghirup zat berbahaya pada polusi udara dirasakan lebih parah oleh orang yang sudah memiliki masalah kesehatan sebelumnya, anak-anak, lansia, dan hidup di daerah kumuh.
Dampak polusi udara terhadap kesehatan ada beragam. Pada ibu hamil, polusi udara bisa menyebabkan kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah, autisme, bahkan keguguran.
Pada orang dewasa, polusi udara bisa meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung, stroke, dan demensia. Risiko berkembangnya gangguan pernapasan hingga kanker juga turut menghantui orang yang sering terpapar polusi udara, tak memandang berapa pun usianya.
Dampak tersebut disebabkan oleh zat berbahaya pada polusi udara yang dihirup dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Berikut adalah beberapa zat berbahaya pada polusi udara:
1. Karbon monoksida
Sebagai zat berbahaya pada polusi udara, karbon monoksida tidak memiliki aroma dan warna. Zat beracun ini dihasilkan dari pembakaran batu bara, bahan bakar kendaraan bermotor, kayu bakar kompor, pembangkit listrik, hingga limbah industri.
Jika zat ini terhirup atau masuk ke dalam tubuh, Anda mungkin untuk mengalami keracunan karbon monoksida. Apabila ini terjadi, suplai darah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dapat terhambat.
Keracunan karbon monoksida dapat memiliki dampak yang berbeda, bergantung pada berapa lama paparan dan seberapa banyak karbon monoksida yang terhirup.
Apabila jumlah karbon monoksida yang terhirup hanya sedikit, Anda dapat mengalami sakit kepala, pusing, lemas, dan mual. Gejala keracunan karbon monoksida ringan ini sekilas mirip dengan gejala flu atau keracunan makanan.
Sementara itu, gejala dari paparan karbon monoksida dalam jumlah yang tinggi dan berkepanjangan adalah muntah, sesak napas, penglihatan kabur, penurunan kesadaran, hingga kematian.
2. Nitrogen dioksida
Nitrogen dioksida (NO2) dihasilkan dari proses pembakaran emisi pembangkit listrik, mesin kendaraan, dan kapal. NO2 dapat mengiritasi lapisan lendir pada mata, hidung, tenggorokan, dan paru-paru.
Paparan zat berbahaya pada polusi udara ini dapat masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan atau memperburuk penyakit pernapasan, seperti asma, bronkitis, dan emfisema.
NO2 juga bisa menurunkan fungsi paru-paru dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi pernapasan. Paparan nitrogen dioksida bahkan juga bisa memperparah penyakit jantung dan menyebabkan kematian dini.
3. Partikel padat dan cair
Komponen partikel di udara meliputi sulfat, nitrat, bahan kimia organik, logam, partikel tanah, atau debu. Partikel ini terdapat pada asap kendaraan, pembangkit listrik, dan kebakaran hutan.
Jika Anda terpapar kombinasi partikel ini secara terus-menerus, risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular dan pernapasan pun akan meningkat.
4. Ozon
Ozon di permukaan tanah berbeda dengan lapisan ozon di atmosfer. Di atmosfer, ozon berfungsi untuk menangkal cahaya ultraviolet (UV). Sementara di permukaan bumi, ozon masuk dalam kategori polusi.
Ozon di permukaan bumi terbentuk ketika cahaya matahari memicu reaksi kimia antara unsur-unsur polusi. Gas ini sangat reaktif, sehingga bisa mengiritasi mata dan menyebabkan gangguan pernapasan.
Zat berbahaya pada polusi udara ini dapat memicu serangan asma pada penderita asma. Ozon juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi pernapasan dan memperparah penyakit pernapasan yang sudah diderita sebelumnya.
5. Sulfur dioksida
Sulfur dioksida atau SO2 dihasilkan dari pembakaran batu bara dan bensin. Zat ini dapat mengiritasi mata dan hidung. Menghirup unsur ini dapat menyebabkan penyempitan saluran pernapasan dan meningkatkan risiko terjadinya pneumonia.
6. Timbal
Timbal (timah) kebanyakan berasal dari emisi kendaraan, industri, dan cat. Zat berbahaya pada polusi udara ini sangat beracun karena bisa menyebabkan kerusakan sistem saraf dan ginjal, serta mengganggu proses pembentukan hemoglobin.
Anak-anak yang terpapar timbal dapat mengalami penurunan nilai IQ (tingkat kecerdasan) dan kemampuan kognitif, gangguan perilaku, pubertas yang tertunda, hingga penurunan fungsi pendengaran.
Sementara pada orang dewasa, paparan timbal dapat mengakibatkan penyakit kardiovaskular, gangguan saraf, penurunan kesuburan, hingga penurunan fungsi ginjal.