Hari ini, tepat pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia, upacara bendera digelar dengan khidmat di Istana Negara. Upacara ini tidak hanya menjadi simbol perjuangan dan kemerdekaan bangsa, tetapi juga merefleksikan kehidupan mulia yang dijaga dan dilindungi oleh pemimpin yang bijaksana.
Sebelum pengibaran bendera merah putih, ada pasukan pembawa bendera merah putih berjalan menuju Istana Negara, bendera tersebut diantar kereta kencana Ki Jaga Rasa. Sebanyak 15 ekor kuda yang mengiringi dan menjadi bagian penting dari upacara ini. Dari total kuda yang mengiringi, 7 ekor berada di barisan depan dan 8 ekor lainnya mengikuti di belakang. Jumlah kuda ini memiliki makna khusus, yakni melambangkan 78 tahun perjalanan Republik Indonesia yang penuh dengan semangat dan prestasi.
Tidak sekadar menjadi bagian dari upacara, kehadiran kuda-kuda ini juga mengandung makna filosofis yang mendalam. Konsep “Ki Jaga Rasa” menjadi landasan spiritual dari upacara ini. Istilah “Ki” adalah sebutan kemuliaan untuk seseorang atau benda yang bertahta prabu, merujuk pada kemuliaan dan keagungan, sejalan dengan prinsip-prinsip kepemimpinan yang adil. “Jaga” menggambarkan peran pemimpin dalam melindungi, merawat, dan mengayomi rakyatnya. Dan “Rasa” mewakili kesempurnaan hidup yang berakar pada kebijaksanaan dan kepedulian terhadap hati nurani individu dan masyarakat.
Pemimpin yang melambangkan prinsip “Ki Jaga Rasa” senantiasa bertekad untuk melindungi rakyatnya dari ancaman, membantu mengatasi rasa cemas, dan memastikan kesejahteraan rakyat. Mereka adalah pengawal yang teguh, memerdekakan rakyatnya dari segala keterbatasan dan ketidakpastian, guna menciptakan hidup yang damai dan bahagia bagi semua.
Salah satu momen bersejarah dari upacara ini adalah peran “Kereta Kencana Ki Jaga Rasa”. Kereta ini memegang tanggung jawab penting, membawa duplikat bendera Sang Merah-Putih serta teks proklamasi. Hal ini mengingatkan kita bahwa pemimpin adalah pengemban amanah perjuangan bangsa, selalu siap dan berani untuk menjaga kesucian darah merah-putih, mencegahnya tumpah percuma, dan memastikan kejayaan bangsa terus bersinar.
Dalam kesederhanaan upacara bendera ini, tergambar kekuatan dan kebesaran jiwa bangsa. Semangat kemerdekaan tetap hidup dan terus diperjuangkan, mengingatkan kita bahwa Republik Indonesia adalah warisan berharga yang perlu dijaga, diperjuangkan, dan diisi dengan makna “Ki Jaga Rasa” yang mengangkat harkat dan martabat seluruh rakyat.