Hidup di kota besar salah satu tantangnnya adalah polusi udara. Biasanya, polusi udara dikaitkan dengan masalah pernapasan dan kesehatan paru-paru, untuk ini penelitian dari jurnal Circulation mengungkap dampak yang berkaitan kardiovaskular.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Circulation seperti yang dilansir pada laman Republika menjelaskan polusi partikulat halus yang tinggi bisa melipat gandakan risiko kematian akibat serangan jantung.
Salah satu partikel udara yang dihirup manusia disebut (particulate matter), PM 10 dan PM 2.5. Sedangkan PM 2.5 bisa meningkat karena udara panas, kebakaran, dan polusi lingkungan. Jika dihirup, partikel udara ini bisa berbahaya bagi tubuh, terutama paru-paru dan jantung.
PM 2.5 merupakan polutan udara yang berukuran sangat kecil, sekitar 2,5 mikron (mikrometer). Diameter partikel ini lebih kecil daripada 3% diameter rambut manusia.

Dalam keterangan jurnal, partikel-partikel halus dalam polusi udara dapat masuk ke dalam aliran darah dan merusak fungsi pembuluh darah serta memicu peradangan. Ini bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, serangan jantung, dan hipertensi.
polusi udara juga dapat mempengaruhi sistem saraf otonom yang mengatur detak jantung dan tekanan darah. Akibatnya, polusi udara dapat meningkatkan risiko aritmia jantung, yang merupakan gangguan irama jantung yang berpotensi mengancam nyawa.
Dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor, aktivitas industri, dan pola hidup yang kurang ramah lingkungan, masalah polusi udara semakin mendesak untuk diatasi. Masyarakat di kota diimbau untuk mengambil langkah-langkah pencegahan mandiri, seperti menghindari beraktivitas di luar ruangan saat tingkat polusi tinggi, menggunakan masker, dan menjaga kesehatan jantung melalui pola makan sehat dan olahraga.