Teknik membatik di atas medium kain mungkin sudah biasa, tetapi ada teknik membatik yang dilakukan di atas medium yang lebih kecil dengan mengunakan ampas kopi tanpa harus dibuang sia-sia yaitu kesenian Cethe yang membuktikan bahwa ampas kopi dapat disulap menjadi karya seni.
Cethe merupakan teknik membatik di atas kertas. Bukan kertas biasa, tetapi cethe dilakukan di kertas rokok yang berasal dan lahir di Tulungagung, Jawa Timur dan kini mulai menyebar ke daerah pesisir lainnya.
Berbeda dengan membatik pada umumnya yang menggunakan canting dan malam cathe justru menggunakan ampas kopi, vanili, dan susu.Dengan rempah kopi, vanili, dan cengkeh dalam rokok.
JJ Rizal selaku Sejarawan Universitas Indonesia (UI) menjelaskan asal usul cethe yang merupakan kesenian bentuk budaya yang menggambarkan masyarakat Indonesia sebagai Homo Ludens, di mana manusia tidak selalu harus bekerja tetapi perlu menyediakan waktu untuk bersantai atau bermain.
Cethe juga dapat dikaitkan dengan sejarah batik yang panjang dan tradisi ‘ngerawit’ (sebutan untuk motif batik yang penuh, rumit, sulit) yang kuat. Di sinilah akhirnya sebuah produk budaya (batik) melahirkan produk budaya lain yakni cethe sebagai bentuk reka cipta.
Terinspirasi dari membatik, lahirlah budaya nyethe yaitu kegiatan mengoleskan ampas kopi ke batang rokok membentuk motif-motif tertentu, seperti batik, sulur, tulisan, sampai tribal.
Sehingga Cethe ini fungsinya bukan hanya sebagai kesenian, tetapi memperkuat aroma rokok itu sendiri, Cethe adalah hasil kreasi batik dengan medium berbeda yang tumbuh di masyarakat pesisir juga ciptakan batik yang dilahirkan di medium yang kecil.