Kebudayaan Bali selalu memiliki keunikan tersendiri sejak dulu hingga sekarang,Masyarakat Bali selalu terkenal dengan tradisi yang masih kuat tertanam dalam setiap sendi kehidupan,Seperti Pengayam ayaman adalah salah satu pedoman yang menjadi acuan para bebotoh (pelaku sabung ayam).
Istilah lontar bagi masyarakat Bali merupakan suatu manuskrip yang dianggap suci dan menjadi suatu pegangan atau pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Kini semakin banyak orang mempelajari lontar sebagai upaya untuk pelestarian, sekaligus menerapkannya dengan tujuan kehidupan yang lebih baik.
Lontar menampung pengetahuan, hasil pemikiran, panduan, dan nasihat yang dapat menjadi tuntunan bagi masyarakat, Lontar sendiri berasal dari kata “rontal” yang artinya daun tal (sejenis palma),Maka Daun inilah yang menjadi media tulis di masa lalu untuk menuliskan kisah maupun aturan tertentu.
Sedangkan istilah Tajen dikenal dengan pengertian lontar sabung ayam ini, ada kita baiknya memahami terlebih dahulu pengertian tajen sebelum memaknai dengan pemikiran negatif
Masyarakat tradisional Indonesia pada umumnya mengenal suatu kegiatan mengadu ayam jago sebagai salah satu media bersosialisasi,Di Bali masyarakat mengenal sabung ayam ini dengan istilah tajen.
Penyebutan istilah tersebut berasal dari kata taji sebuah pisau kecil yang disematkan pada bagian belakang kaki ayam aduah yang berfungsi sebagai senjata untuk melukai lawan saat ayam bertarung dan hingga kini sabung ayam di Bali merupakan suatu kegiatan yang banyak peminatnya.
Meskipun tidak turut mempertarungkan ayam jagoannya, banyak warga yang mendatangi arena tajen untuk sekadar mendapatkan tontonan yang menarik bagi mereka. Bahkan kegiatan ini juga menjadi daya tarik yang memikat para wisatawan hingga tak jarang arena tajen seolah berubah menjadi tempat hiburan rakyat, lengkap dengan beragam pedagang kecil.
Bagi bebetoh sendiri, Tajen merupakan suatu event untuk menunjukkan ayam jago siapa yang lebih unggul dengan beragam perawatan istimewa diberikan oleh pelaku sabung ayam kepada jagoan andalannya agar tampil prima saat berlaga,Tentu saja pelaku tajen ini banyak mengikuti panduan Lontar Pengayam Ayaman.
Di dalam manuskrip kuno tersebut tertulis panduan menemukan saungan yang tepat. Panduan tersebut berdasarkan perhitungan wuku, pancawara, saptawara agar menang dengan penjelasan pantangannya, misalnya tali wangke. Apabila melanggar pantangan tersebut, bisa jadi ayam yang seharusnya menang jadi kalah.
Asal Muasal Persabungan Ayam Di Bali
Tradisi menyabung ayam di Bali ada dua jenis yaitu tajen dan tabuh rah. Berbeda dengan tajen, tabuh rah merupakan suatu kegiatan mengadu ayam yang merupakan salah satu bagian dari upacara keagaamaan. Biasanya pada ritual bhuta yadnya, adu ayam jago ini menjadi salah satu bagian dari prosesinya.
Pelaksanaan tabuh rah ini biasanya di lokasi yang tidak terlalu jauh dari pura. Ayam yang kalah dalam laga akan disembelih sebagai suatu bentuk pengorbanan dengan harapan seluruh masyarakat terhindar dari hal buruk. Oleh karena merupakan bagian dari upacara agama, maka para bebotoh pun harus mengenakan pakaian adat dan pelaksanaannya juga lebih sakral.
Pada perkembangannya, menyabung ayam tidak hanya pada saat tabuh trah saja. Pesona keseruan saat melihat ayam bertarung, membuat muncul tajen, yaitu adu ayam yang lebih condong kepada salah satu bentuk bersenang-senang. Tak jarang, kegiatan ini juga disertai dengan taruhan.