Memperingati hari raya Nyepi yang merupakan moment spesial umat Hindu berbagai tradisi pun dirayakan dengan cara yang beragam,Bila biasanya di seluruh area Bali akan mengadakan arak-arakan Ogoh-ogoh sehari sebelum hari raya,
Namun berbeda dari biasanya Desa Adat Kediri, Tabanan, Bali memiliki tradisi yang lain yaitu melaksanakan tradisi Tektekan untuk nangluk merana atau menangkal petaka.
Ida Bagus Ketut Arsana selaku bendesa Adat Kediri menjelaskam bahwa tradisi ini bertujuan nangluk merana atau menangkal wabah, petaka, atau menetralisir energi negatif di lingkungan desa adat.
Banjar Adat Jagatsatru dan lima banjar adat serta dua banjar dinas lainnya menggelar tradisi Tektekan yang sesuai fungsinya tradisi ini hanya dilaksanakan bila terjadi wabah atau petaka yang melanda wilayah desa,
Dengan waktu pelaksanaan tidak pernah menentu yang hanya didasarkan pada pawisik(wahyu) yang diperoleh tokoh masyarakat desa adat saat melakukan persembahyangan di pura puseh,Masyarakat yang berada Desa Adat Kediri diminta membuat bunyi-bunyian dengan menggunakan alat-alat atau perkakas rumah tangga yang bisa membuat bunyi-bunyian.
Tetapi seiring perkembangannya,Kini tradisi Tektekan kemudian memanfaatkan okokanyang bentuknya sama seperti klonongan sapi ukuran besar, Selaimn itu ada juga yang menggunakan potongan besi, ngiu atau tampah, hingga gendang atau cengceng(simbal) yang seluruh alat itu melahirkan bunyi-bunyian ritmik dengan pola yang sama dan terkadang ditabuh dengan tempo berbeda.