Eksistensi wayang sebagai kesenian bernilai luhur bangsa Indonesia yang diwariskan secara turun temurun sejak zaman nenek moyang mulai memudar seiring kemajuan jaman. Makanya, keberadaan Museum Gubug Wayang di Kota Mojokerto, memberi nafas dan harapan baru dalam upaya melestarikan seni dan budaya khas masyarakat Jawa ini.
Wayang telah melekat dan menjadi bagian dari bangsa Indonesia, secara khusus bagi masyarakat Jawa. Namun seiring dengan era moderinisasi, peminat pertunjukkan wayang kian tergerus oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Museum Gubug Wayang merupakan objek wisata edukasi seni dan budaya Nusantara yang menarik Sobat Turisian kunjungi saat berkunjung ke Kota Mojokerto, Museum yang berdiri pada 15 Agustus 2015 ini, perintisannya berawal dari berbagai komunitas di Pulau Jawa yang serius dalam upaya pelestarian seni dan budaya.
Perintisan pertama kalinya berawal dengan pembentukan sanggar dengan luas sanggar tersebut awalnya hanya berukuran 3×3 m2. Kemudian berkembang hingga mempunyai 12 cabang sanggar dengan fokus seni dan budaya yang berbeda-beda. Dari situlah lahir museum yang satu ini, Destinasi Museum Gubug Wayang tersebut kemudian menempati sebuah gedung peninggalan Hindia Belanda yang berdiripada tahun 1912. Gedung ini dulunya berfungsi sebagai tempat penyimpanan kain dan sarang burung walet.
Wayang sendiri secara umum terbagi menjadi dua jenis, yaitu wayang yang diperankan oleh orang dan wayang berbentuk boneka atau kulit yang dimainkan oleh dalang,Bila Museum Gubug Wayang, tersedia berbagai jenis wayang, mulai dari wayang kulit, wayang potehi, ataupun wayang golek,Sedangkan saat ini banyak karakter wayang yang ditampilkan dalam bentuk tokoh-tokoh terkemuka saat ini, mulai dari Lady Diana, Mahatma Gandhi, dan bahkan Joko Widodo.
Dengan keseluruhan koleksi kurang lebih ada 9800 item yang seluruhnya disebut dengan koleksi kamardikan artinya, koleksi tersebut hasil karya para seniman di era Indonesia merdeka,Kesuluruhan koleksi tergolong karya masterpiece yang terlalu jadul dan terbaru.