Bagi masyarakat yang hidup di area perkotaan yang serba sibuk dan cepat pasti sudah tidak asing lagi dengan makanan cepat saji atau fast food yang sesuai dengan namanya makanan ini merupakan makanan yang disajikan dengan cepat seperti pizza, hot dog, ayam goreng dan burger.
Makanan ini sangat sesuai dengan gaya hidup orang perkotaan yang menang menuntut kecepatan. Namun tahukah kamu jika makanan ini jika dikonsumsi berlebihan akan meninggalkan efek negatif bagi tubuh.
Studi terbaru mencatat bahwa fast food berbahaya untuk kesehatan hati atau lever. hubungan fast food dengan perlemakan hati non alkoholik (NAFLD) masih belum ditelusuri lebih dalam. Apakah risiko ini juga berlaku bagi mereka yang memiliki risiko metabolisme, seperti obesitas dan diabetes?
Dimuat dalam jurnal Clinical Gastroenterology and Hepatology pada 10 Januari 2023, para peneliti dari University of Southern California (USC) menggunakan data National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) periode 2017–2018 untuk menakar bahaya fast food untuk NAFLD.
Studi ini melibatkan sekitar 4.000 partisipan dewasa berusia 20 tahun ke atas yang telah menjalani tes ukur steatosis, yang kemudian dibandingkan dengan konsumsi fast food. Penelitian ini mendefinisikan fast food sebagai makanan yang didapatkan secara lantatur.
Menurut para peneliti USC dijelaskan bahwa dengan mengkonsumsi ini mengakibatkan keterbatasan usaha preventif dan mitigasi untuk mengurangi insiden NAFLD.
Tandanya asupan makanan dan minuman sehari-hari digadang-gadang sebagai faktor risiko NAFLD. Namun, masih minim bukti hubungan pola makan dengan steatosis, terutama untuk mereka yang berisiko untuk itulah amat penting untuk mengerti peran konsumsi fast food dan dampaknya terhadap kesehatan lever.
Dari ribuan partisipan tersebut sebanyak 52 persen mengonsumsi fast food, sebanyak 29 persen mengonsumsi fast food 20 persen atau lebih sebagai asupan kalori sehari-hari. Para peneliti mencatat 29 persen partisipan ini mengalami kenaikan lemak dalam hati,Maka para peneliti mencatat bahwa konsumsi lebih dari 20 persen fast food memang menyebabkan steatosis. Selain berlaku untuk populasi umum yang hasil ini ternyata tetap nyata meski sudah disesuaikan dengan pelbagai faktor, dari usia, etnis, hingga aktivitas fisik.
Pemimpin penelitian dan pakar hepatologi dari USC, Ani Kardashian, MD menjelaskan bahwa untuk tetap sehat, lemak hati harus kurang dari 5 persen. Bahkan, jika terjadi peningkatan sedikit saja, maka bisa berakibat NAFLD.
Para peneliti menjelaskan bahwa NAFLD yang tidak ditangani bisa mengarah ke sirosis yang mengakibatkan kanker atau gagal hati dan berakibat fatal. Dalam penelitian tersebut, diperkirakan 30 persen populasi AS menderita NAFLD Oleh karena itu Kardashian berharap studi ini akan mendorong rekomendasi dan edukasi nutrisi untuk masyarakat, terutama mereka yang berisiko obesitas atau diabetes yang juga bisa menderita steatosis dari fast food.