Cheongsam adalah pakaian wanita Tionghoa yang dipakai saat Hari Imlek. Baju cheongsam berbentuk gaun panjang dengan motif yang beragam. Umumnya, cheongsam berwarna merah sesuai dengan tradisi Imlek.
Dilansir situs resmi Badan Perpustakaan Nasional Singapura, cheongsam dalam bahasa Katon artinya gaun panjang. Cheongsam atau qipao dalam bahasa Mandarin adalah gaya berpakaian yang biasanya dikenakan oleh wanita Tionghoa.
Cheongsam berada di puncak popularitasnya antara akhir 1920-an dan 1960-an. Saat itu, cheongsam menjadi pakaian standar bagi wanita-wanita Tionghoa yang tinggal di kota-kota perkotaan Tiongkok, Hong Kong, Taiwan, dan Singapura.
Awalnya cheongsam adalah jubah panjang yang dikenakan oleh wanita Manchu selama Dinasti Qing (1644-1911) di Tiongkok,Gaun panjang itu dipotong menjadi satu bagian yang menjuntai lurus ke mata kaki. Ada celah di kedua sisi gaun itu, tetapi pakaian lain yang dikenakan di bawahnya membuat kakinya tidak terlihat.
wanita Tionghoa umumnya mengenakan pakaian dua potong yang terdiri dari atasan yang dipasangkan dengan rok atau celana. Saat itu, cheongsam tidak populer karena mirip dengan pakaian pria yang dikenal sebagai changshan (kemeja panjang) atau changpao (jubah panjang)
Cheongsam pertama kali digunakan oleh sekelompok mahasiswi di Shanghai, China pada tahun 1912. Dalam upaya untuk kesetaraan gender, para siswi ini memakai cheongsam sebagai modifikasi dari jubah panjang pria.
Cheongsam untuk siswi terbuat dari katun, memiliki desain polos dan longgar dengan lengan lonceng. Kemudian, gaya pakaian ini menarik minat wanita lain dan menjadi tren dalam berbusana.
Lalu, cheongsam menjadi populer di Shanghai, China saat akhir tahun 1920-an. Cheongsam mulai menyebar dari Shanghai ke tempat-tempat dengan komunitas besar China seperti Hong Kong, Taiwan dan Singapura. Poster kalender Shanghai yang menampilkan wanita berbusana cheongsam juga turut menaikkan popularitas gaun tersebut.