Setelah COVID-19, cacar monyet (monkeypox), dan gagal ginjal akut, kini muncul kasus leptospirosis yang memicu kekhawatiran.
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira, Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis, yang berarti ditularkan dari hewan ke manusia, terutama anjing, hewan pengerat, dan hewan ternak.
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi leptosirosis melalui kontak langsung dengan kencing (urine) atau cairan reproduksi dari hewan yang terinfeksi.
Kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi terkena air atau tanah yang terkontaminasi oleh kencing (urine) hewan di area hidung, mulut, mata, atau luka di kulit, menyantap makanan atau minum air yang terkontaminasi bakteri Leptospira.
Gejala leptospirosis biasanya mulai terlihat setelah 2 minggu terinfeksi. Namun, dalam beberapa kasus, gejala baru muncul setelah satu bulan atau tidak sama sekali.
Leptospirosis ditunjukkan dengan gejala seperti flu, termasuk demam hingga 40 derajat celcius. Dalam kondisi akut, leptospirosis ditandai dengan gejala yang muncul tiba-tiba, seperti: demam tinggi,mata merah,sakit kepala,panas dingin,nyeri otot,sakit perut,mual dan muntah,diare,kulit atau mata kuning.
Jika dibiarkan dalam 3-10 hari leptospirosis akan berkembang menjadi Sindrom Weil yang bisa memicu kematian. Berikut gejala-gejala parah leptospirosis: batuk berdarah (hemoptisis),sakit dada,kesulitan bernapas,kulit dan mata menguningn tinta berwarna hitam,penurunan volume urine atau jarang buang air kecil,muncul bintik-bintik merah datar pada kulit seperti ruam (petechiae)
Beberapa gejala Leptospirosis mirip dengan penyakit lain, termasuk selesma dan meningitis. Oleh sebab itu, kita perlu melakukan tes pemeriksaan.
Dilansir dari WebMD, dokter melakukan tes darah sederhana dan memeriksa antibodi dalam darah untuk mendeteksi leptospirosis, Jika Anda menunjukkan tanda-tanda leptospirosis parah, dokter mungkin merekomendasikan rontgen dada, CT scan, hingga tes DNA.