Pandemi virus Covid-19 yang hingga kini belum usai telah mengubah sistem pendidikan yang dulu saling bertatap muka, kini menjadi sistem online yang menggunakan beragam macam platform digital untuk saling berkomunikasi.
Saat ini dalam kegiatan belajar anak harus mendapatkan batasan penggunaan layar elektronik yaitu smartphone ataupun laptop hingga televisi yang kini menjadi metode pembelajaran.
Berdasarkan rekomendasi WHO pada anak usia 6 sampai 10 tahun dalam penggunaan barang elektronik yang diberikan batas waktu penggunaan maksimal 1,5 jam per hari, Sedangkan untuk pengguna usia di atas 11 tahun memiliki screen time maksimal dua jam setiap satu hari.
Namun sejak pandemi yang belum usai hingga saat ini anak harus menjalani pendidikan jarak jauh atau yang lebih dikenal dengan sistem sekolah daring.
Hal tersebut menambah durasi screen time pengguna elektronik pada anak yang dapat meningkatkan risiko kelelahan mata pada anak hingga menyebabkan mata minus atau miopia.
Memahami kondisi tersebut dr. Kianti Raisa Darusman SpM (K), MMedSci selaku dokter spesialis mata dalam siaran livenya menjelaskan bahwa penggunaan screen time yang tinggi salah satu pencetus mata minus atau miopia.
Maka orangtua harus dapat melakukan deteksi dini dalam masalah mata pada anak termasuk masalah miopia dengan cara mendeteksi dini yang dapat dilakukan dengan mengetes anaknya kalau lihat jauh sering memicingkan mata serta bila melihat sesuatu harus dengan jarak dekat.
Hal ini bisa disebabkan karena kualitas penglihatan tidak langsung menjadi buram saat anak mengalami miopia dikarenakan anak tidak mengerti itu buram apa tidak, biasanya proses tersebut bertahap tidak langsung secara tiba-tiba buramnya
Maka tak ada salahnya jika orangtua melakukan pembatasan penggunaan gawai hingga durasi menonton televisi pada anak, Namun jika anak telah terlanjur mengalami miopia di sarankan untuk anak selalu mengunakankacamata agar kerusakan mata tidak semakin parah.