Para pecinta musik pasti tak akan terlewatkan dengan kabar serta tren terbaru seputar dunia musik, baik itu lokal maupun mancanegara.
Walapun para penikmat musik dan musisi tak bisa saling bertemu dalam sebuah aksi konser, mereka tetap dapat menikmat melalui inovasi yang dilakukan para musisi melalui platform digitalnya
Memahami hal tersebut dalam siaran press yang diterima World Economic Forum industri musik global memiliki dua jalur keuntungan utama yaitu pertama melalui pertunjukan live atau offline yang menghasilkan 50% dari total keuntungan dan berasal dari jumlah penjualan tiket. Sementara kedua dari rekaman, yang termasuk pendapatan dari streaming, digital download, penjualan album fisik, dan pendapatan sinkronisasi (lisensi musik untuk games, TV, dan iklan).
Koalisi seni Indonesia mengatakan di bulan Maret 2020, terdapat sekitar 40 konser, tur, serta festival musik yang dibatalkan atau ditunda. Kiki Ucup, Strategic Planner demajors dan Program Director Synchronize Festival, mengatakan bahwa pandemi ini tidak akan mengubah wajah industri pertunjukan musik sepenuhnya, tapi justru membuat para pelakunya banyak mencoba berbagai hal baru yang memungkinkan penyelarasan dengan dunia digital dan tentunya tetap harus sejalan dengan protokol yang ditetapkan pemerintah.
Hal ini pun diamini oleh pembicara lainnya yaitu Armand Maulana selaku musisi senior yang menjelaskan bahwa kita, saya dan teman-teman musisi lainnya juga harus beradaptasi agar industri musik ini tetap bisa berjalan, tapi dengan tetap mentaati protokol yang harus dijalankan. Inovasi menjadi suatu keharusan agar musisi bisa survive.
Dengan merujuk pada konser virtual dan kolaborasi dengan platform digital pun akhirnya menjadi opsi dan juga peluang baru dalam penggunaan digital platform menjadi sarana baru yang banyak digunakan musisi untuk terhubung dengan para penikmat musiknya, sekaligus menjadi saluran bagi mereka untuk berkarya.