Setiap manusia memiliki keterampilan masing-masing dalam setiap menjalani aktivitas yang mereka lakukan, keterampilan merupakan sebuah identitas karakter seseorang untuk dapat memperlihatkan kelebihan mereka.
Tak terkecuali anak-anak berkubutuhan khusus yang sebenarnya mereka memiliki kelebihan dan keterampilan yang luar biasa dibalik keterbatasan mereka.
Memahami fenomena tersebut dalam siaraan press yang diterima SOIna Jawa Timur menggelar acara bareng dengan Shangri-La dalam peringatan terbentuknya Special Olympic yg dicetuskan kali pertama tahun 1968 oleh Eunice Kennedy Shriver.
Acara ini merupakan gelaran pertama kali yang dilakukan bersama Shangri-La Hotel, Surabaya setelah para relawan yang tergabung dalam Unified Youth Activation mendapatkan
pelatihan dari Singapore.
Gelaran acara hari ini merupakan gabungan ditujukan bagi atlet-atlet Tunagrahita yang berusia di atas 12 tahun untuk dikenalkan dengan komunitas di luar komunitasnya agar terjalin hubungan persahabatan dan menghilangkan stigma negatif terhadap anak-anak Disabilitas Intelektual. Dengan total atlet special Olympic yang hadir sekitar 22 atlit dari cabang Atletik, Renang, Bulutangkis, Futsal, Bocce dll serta 8 relawan dari SOIna youth club dan 25 relawan staf hotel Shangri-La.

Cahya Bhinartika selaku CSR dan Sustainability Manager Hotel Shangri-La menjelaskan kegiatan ini sudah menjadi agenda rutin dengan tujuan memberikan keahlihan tambahan untuk anak-anak tersebut dengan memberikan beragam kegiatan yang dilakukan seperti cooking class.
Kemudian diharapkan disini anak-anak lebih konsen terhadap lingkungan, ada pembuatan sabun, pot dari botol plastik dan pelajaran untuk handwash bagaimana cuci tangan yang baik untuk anak-anak serta pentingnya untuk kesehatan
Cooking class yang diajarkan oleh koki-koki dari Shangri-La ini antara lain membuat pot dari limbah botol plastik, berkebun, cara cuci tangan yang benar serta pembuatan sabun re-cyled dimana sabun-sabun yang dikumpulkan dari limbah sabun dari kamar yang diolah kembali menjadi sabun batangan, tentunya tetap standar higienis yang baku.
Diakhir acara, semua relawan juga membubuhkan tanda tangan bahwa mereka akan berusaha untuk lebih bijak dengan tidak menggunakan kata-kata seperti Retarded atau Idiot namun menjadi Respect dari bahasa sehari-hari yang akan membuat anak-anak respect.