Sebelum menyambut hari raya idul fitri, ada kebiasaan masyarakat yang selalu dilakukan untuk menyambut hari kemenangan, yaitu malam takbiran kebiasaan tersebut memiliki perbedaan antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Di Indonesia ada kebiasaan malam takbiran yang terkait dengan tradisi dari daerah tersebut berasal. Takbiran adalah perayaan yang dilakukan untuk menyambut hari kemenangan atau Idul Fitri setelah berpuasa selama 30 hari pada bulan Ramadan yang mengandung nilai filosofi serta pemaknaan yang mendalam pun terkandung di dalam tradisi malam takbiran, kali ini kami telah merangkum berbagai sumber daftar tradisi malam takbiran yang ada di berbagai daerah di Indonesia.
Takbiran biasanya dilakukan pada malam hari bersama teman-teman, dengan membawa berbagai alat penerangan seperti obor. Namun tradisi berbeda dilakukan warga Gorontalo dalam merayakan takbiran.
Warga Gorontalo merayakan takbiran dengan cara memasang lampu minyak yang jumlahnya bahkan mencapai ribuan di berbagai tanah lapang. Uniknya, lampu minyak ini tidak hanya diletakkan begitu saja di tanah lapang, lo, tapi disusun dalam berbagai bentuk.
Tentunya bentuk-bentuk yang dibuat dari lampu minyak tadi berhubungan dengan lebaran dan agama Muslim, Misalnya saja bentuk kitab suci Al-Quran, ketupat, sampai berbagai kaligrafi atau tulisan yang indah, dan berbagai bentuk lainnya. Tradisi meletakkan lampu minyak atau tumbilotohe sudah dilakukan sejak abad ke-15 dan mulai dilaksanakan tiga hari sebelum hari raya Idul Fitri.
Kemudian tradisi meriam karbit di Pontianak yang dilakukan pada malam takbiran, Warga pontianak akan terdengar suara keras seperti ledakan, namun bukan berasal dari suara alat musik maupun suara orang yang bernyanyi saat takbiran karena warga Pontianak akan menyalakan meriam dengan bunyi ledakan yang keras.
Tujuan meriam ini diledakkan adalah untuk mengusir roh jahat yang berusaha mengganggu saat hari kemenangan tiba. Tradisi ini sudah dilakukan untuk meneruskan kebiasaan Sultan Syarif Abdurahman Alkadri yang membunyikan meriam karbit.
Hal ini ternyata mendapat dukungan dark pemerintah setempat dengan mengadakan Festival Meriam Karbit setiap tahunnya sebagai dukungan terhadap tradisi yang sudah dilakukan sejak lama.
Kemudian Ronjok Sayak yang dilakukan di Bengkulu, Masyarakat Bengkulu memiliki kebiasaan malam takbiran yang cukup unik, yaitu ronjok sayak dengan menumpuk batok kelapa hingga menyerupai menara kecil di setiap halaman rumah, lalu membakarnya.
Ronjok sendiri artinya bakar gunung dan sayak adalah batok kelapa, Tradisi ini awalnya dilakukan sebagai cara untuk menciptakan alat penerangan sebagai bentuk sukacita atau bahagia atas datangnya hari raya.