Bermain merupakan kegiatan yang paling dinantikan dan paling disenangi oleh anak-anak sebagai aktivitas keseharian yang dapat menghabiskan waktunya, Kegiatan bermain ternyata juga mendapatkan antusiasme yang cukup besar terhadap anak spesial yang memiliki hambatan dalam bersosialisasi dan berinteraksi atau yang sering disebut anak berkebutuhan khusus (ABK).
Namun dalam pemilihan permain yang diperuntukkan untuk anak-anak spesial ini tidak bisa seperti cara bermain seperti anak-anak lain yang secara alami mereka bisa bermain sambil belajar.
Salah satu kegiatan bermain bersama ialah dapat meniruh gerakan yang dilakukan orang lain yang dapat menjadi sebuah kegiatan keterampilan yang harus dilatih terutama bila anak-anak spesial tersebut merupakan penyandang autisme.
Namun untuk kegiatan bermain yang dilakukan anak reguler dan anak berkubutuhan sangat berbeda, contohnya bermain mengunakan mainan mobil-mobilan yang biasanya digerakkan untuk maju dan mundur, Sedangkab berbeda halnya dengan anak-anak penyandang autisme saat sedang bermain mobil-mobilan, biasanya anak-anak autisme ini akan melakukan membariskan mobil-mobil tersebut dan memandanginya, Mereka tidak akan mengerakkan mobil untuk maju ataupun mundur.
Mengetahui hal tersebut Forum Komunikasi Orang Tua anak Spesial Indonesia (Forkasi) Chapter Surabaya mengadakan kegiatan bermain dengan anak special yang bertajuk Playdate with Special Needs yang akan mengajak para anak special ini bermain bersama dengan dipandu dengan sebagaimana mestinya melalui berbagai aktivitas lomba playdough,mewarnai dan fashion show.
Rosita Simin selaku Ketua Forkasi Chapter Surabaya mengatakan permainan yang dihadirkan ini merupakan salah satu terapi agar anak dapat mengembangkan kemampuan sosial dan interaksi mereka, nantinya anak-anak spesial akan didampingi oleh orang tua, guru, sibling ataupun caregiver yang Neuro Typical yang diajarkan untuk kemampuan abstrak yang meliputi kemampuan untuk menerima kekalahan dan meraih kemenangan.
Kemudian tujuan penting dalam acara ini adalah kami ingin meningkatkan rasa empati terhadap anak-anak spesial, karena anak-anak spesial tidak membutuhkan belas kasihan. Namun membutuhkan kesempatan agar dapat berkembang secara optimal, serta mendorong masyarakat untuk menciptakan lingkungan inklusif sehari-hari karena inklusif itu tidak hanya dalam bidang pendidikan.