Beberapa waktu belakangan istilah mixology banyak digunakan oleh pengusaha bar dan pub untuk mempromosikan minuman cocktail yang mereka sajikan hingga banyak penilain tentang terminologi mixology yang tidak lebih dari sekadar jargon komersial.
Padahal untuk menjadi seorang mixologis dibutuhkan pendidikan khusus untuk mendapatkan ilmu dan gelarnya yang berbeda dengan para bartender yang bisa dipelajari oleh siapa saja, tanpa harus melalui akademi meracik minuman mixology. Oleh karena itu, saat ini semakin banyak akademi pariwisata dan perhotelan yang membuka program pendidikan khusus mixology untuk mencetak para mixologist profesional yang handal.
Dalam rangkah memperkenalkan tempat terbarunya yang terletak di lantai 21 Grand Dafam Surabaya mengadakan Mixology Competition 2019 yang diselenggarakan di Previere 21 Bar and Lounge yang diikuti sekitar 28 mixologist yang berasal dari berbagai kota, diantaranya Surabaya, Solo, Yogyakarta, dan Bali.
Para peserta kompetisi akan diberikan waktu 7 menit dalam menghadirkan satu jenis chocktail dengan tantangan mengunakan bahan tradisional dalam racikan minuman mereka seperti jahe, kunyit,asem,buah kedondong dan cipulkan.
Tomy Nugroho selaku Food and Beverage Manager Grand Dafam Surabaya menjelaskan bahwa Mixology Competition 2019 ini merupakan sebuah kompetisi yang di ikuti oleh para perwakilan bartender dalam mengasah kemampuan mereka untuk menghadirkan sebuah sajian minuman Cocktail yang telah berkembang di dunia barat, Namun dalam kompetisi kali ini kami memberikan sebuah tantang untuk mengkombinasikan Cocktail dengan bahan alami tradisional.
Salah satu peserta asal surabaya bernama Yoga Ari Pratama, perwakilan dari bartender pentagon yang membuat sebuah sajian dengan nama Hindi 21 yang terinsiprasi dari kata hindia , Dalam kompetisi ini yoga mencoba menghadirkan sebuah cooktail yang diracik menggunakan bahan asam jawa yang ditambah dengan air kelapa , jus nanas serta sirup markisa yang memberikan rasa manis dan asam dalam minuman tersebut.