Tren fashion saat ini telah menjadi gaya hidup seluruh umat manusia mulai dari anak kecil, wanita hingga pria yang saat ini mulai mencoba untuk tampil lebih fashionable.
Saat ini para pria lebih berani untuk tampil fashionable untuk menujukan setiap karakter mereka dengan mengunakan busana yang akan mewakili dirinya untuk kegiatan keseharian mereka, Namun untuk busana pria tidak banyak model busana yang akan mewakili dirinya untuk tampil fashionnable.
Mengetahui hal tersebut para desainer tanah air berkolaberasi bersama untuk menghadirkan seluruh koleksi mereka, dalam serangkaian peragan busana pria yang di beri nama Mens Fashion Style 2019 yang mengusung konsep Cosmo Lite Etnic.
Mens Fashion Style 2019 ini akan berlasung pada tanggal 25-27 januari di Atrium Grand City, Surabaya dengan menghadirkan karya 30 desainer indonesia.
Pada hari pertama digelar event Mens Fashion Style 2019 menghadirkan tiga desainer ternama yaitu Imam Mustafa, Yuyuk Nurmaisyah dan Ai Syarif sebagai guestar desainer.

Dalam Kegiatan Mens Fashion Style kali ini Imam Mustafa telah menyiapkan koleksi city wear yang ia sebut anti-mainstream, Seluruh koleksi yang akan ditunjukan merupakan brand kedua Imam yaitu Imuz Ready To Wear yang dikhususkan untuk pakaian pria berkonsep ringan, simple, unik dan berkelas.
Imam Mustafa sebagai desainer Imuz mengatakan bahwa brand ini merupakan second line dari brand premium saya dengan konsepnya lebih ke city wear, jadi bisa digunakan oleh siapapun serta kalangan apapun karena cocok untuk acara formal maupun non fromal.
Koleksi design yang dibawa saat peragaan bertema ‘Faedah’ yang akan mendeskripsikan sesuatu yang indah, luar biasa serta bermanfaat untuk semua orang,Khususnya pria agar lebih percaya diri dan tak takut untuk tampil beda.
Brand Imuz ini memiliki koleksi warna-warna dan motif yang jarang dikenakan oleh pria dengan mengunakan warna-warna soft yaitu merah muda, biru muda dan abu-abu muda yang diberi motif bunga-bunga yang diaplikasikan pada celana, serta sentuhan motif seperti garis-garis, tie dye, rumbai dan bordir pada koleksi Imuz kali ini.
Imam menambahkan bahwa Imuz Ready To Wear ini memang kontennya unik dalam bermain di cutting dengan kombinasi warna dan patchwork yang ingin menampilkan sesuatu yang ‘wow’, funky, lain dari yang lain, Makanya saya memberanikan diri dengan warna-warna yang tidak lazim digunakan pria yang pada nanti saya ingin melihat euforia pecinta fashion, utamanya pria. Kira-kira minat tidak, pakai merah muda.
Untuk koleksi kedua pada kegiatan Mens Fashion Style 2019 hadir dari wanita asal jawa tengah yaitu Yuyuk Nurmaisyah yang merupakan anggota dari APPMI Jawa Timur.
Dalam koleksi kali ini ia ingin menjawab tema ‘Cosmic Cosmo in Ethnic’ yang diberikan oleh Embran Nawawi untuk event Men’s Fashion Style dengan mengeluarkan seluruh koleksi pakaian pria yang berbahan dasar tenun Jepara yang memiliki desain formal sekaligus non-formal, dengan aksen garis-garis dan bahan kombinasi semi kulit.
Anggota APPMI Jawa Timur mengatakan bahwa sementara ini pakaian formal pria Indonesia hadir dengan bahab batik, kali ini saya ingin mencoba membuat pakaian berbahan tenun yang nanti bisa digunakan untuk acara formal dan non formal.

Yuyuk menambahkan bawa pada koleksi ini juga saya juga akan menghadirkan varians jaket dari tenun juga sehingga nyaman digunakan.
Dalam Mens Fashion Style kali Yuyuk menghadirkan 10 koleksi busana pria dengan pilihan warna-warna natural yang dikombinasi dengan suede untuk model formal, yuyuk memilih atasan lengan panjang dengan resleting di bagian dada, pada setiap kantong juga diaplikasikan resleting agar lebih terkesan berbeda dengan warna-warna yang cenderung natural, yakni merah, kuning dan biru.

Koleksi selanjutnya datang dari Ai syarif asal jakarta yang menjadi guesstar desainer dalam event fashion khusus pria pertama di Surabaya, Men’s Fashion Style (MFS) 2019.
Ai Syarif juga turut berpartisipasi dalam acara ini dengan menampilkan 24 pakaian yang terinspirasi dari berapa negara-negara yang pernah di kunjungi olehnya.
Dalam prees conference Mens Fashion Style Ai syarif menceritakan bahwa koleksi saat ini teinspirasinya dari sejarah Jepang, Eropa yang ia lihat saat berjalan-jalan ke sana, dengan melihat museum, budaya,sejarah serta fashion yang digunakan mereka yang kemudian saya desain untuk koleksi saya.
Desainnya kali ini diakui merupakan hasil ‘flashback’-nya ke tahun 1940an dan 1950an di negara-negara tersebut, Seperti koleksi kimono pria berwarna putih yang jauh dari kesan klasik karena Kimono tersebut dipadupadankan dengan celana yang diambil dari inspirasi fashion 1950-an.
Ai syarif juga memiliki satu koleksi yang berbeda yang terinspirasi dari film Titanic asal eropa yang mengenakan overall serta jas, overall yang ia pilih ini terinspirasi dari pakaian para pekerja tambang, dengan mengantikan bahan jeans dan mengganti bahan overall dengan wool.
Baik overall dan jas bermotif kotak-kotak, dengan paduan warna toska dan garis-garis merah.
Ai syarif juga menambahkan bahwa kalau saya ke luar negeri, pasti koleksi yang saya bawa itu sangat etnik Indonesia. Tapi, kalau ke Indonesia, saya membawa desain inspirasi luar negeri, karena menurut saya market di Surabaya itu sangat modern sehingga tidak susah dalam memperkenal koleksi yang saya punya.
Selain itu seluruh design busana milik Ai Syarif ini juga memiliki khas yang mendadakan itu fashion busana miliknya dengan menambah boneka kecil yang didesain khusus untuk dirinya.